Sulit dipercaya, bahwa anak berbakat yang memiliki kemampuan otak berbakat (gifted brain) juga bisa menunjukkan ketidakmampuan (disability). Bagaimana ciri-cirinya? Menurut Guru Besar Luar Biasa Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Conny R Setiawan, hal itu memang sulit dipercaya kendati sebetulnya banyak terjadi. Dalam buku yang ditulisnya berjudul 'Kreatifitas Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana?', Conny mengatakan, hal tersebut sebenarnya memberikan indikasi, bahwa kekuatan dan kelemahan seseorang (anak) terletak dalam bidang yang berbeda dan membuat mereka disebut pembelajar paradoks (paradoxical learner). Conny menuturkan, terdapat kesenjangan dalam berbagai kinerja sekolah yang dapat diamati secara nyata, sehingga anak-anak tersebut dapat dikenal sebagai siswa yang memiliki kemampuan dua kali lebih luar biasa (twice exceptional student). Mereka adalah siswa berbakat yang juga memiliki a learning disability. Para siswa tersebut, kata Conny, memiliki kemampuan tinggi pada bidang tertentu, namun sekaligus juga memiliki kelemahan dalam bidang lain yang berbeda. Conny mengelompokkan siswa ini dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Anak Berbakat sekaligus Learning Disabled. Kelompok ini adalah kelompok para siswa berbakat yang memperlihatkan kesulitan belajar dalam bidang tertentu. Mereka merasa kurang memiliki harga diri dan sering disebut underachiever, karena sering tidak dikenal sebagai anak berbakat dan rendah motivasi belajarnya. Biasanya, kelompok ini ditempatkan di kelas yang memiliki kesulitan belajar, karena mereka sering juga menunjukkan sifat yang malas. 2. Tidak Pernah Teridentifikasi sebagai Anak Berbakat Disebut tidak teridentifikasi, karena antara kemampuan dan ketidakmampuannya sama-sama saling menutupi, sehingga potensi sesungguhnya tidak pernah terwujud. Kelompok ini kerap dianggap berprestasi rata-rata dan merupakan kelompok terbesar di antara kelompok lainnya. 3. Anak Berbakat yang Kemampuannya Benar-benar Tidak Teridentifikasi Kelompok ini betul-betul sulit dikenali dengan baik kinerja intelektualnya. Sebaliknya, mereka pun kerap tidak terlayani kebutuhannya sebagai anak berbakat. Instrumen Khusus Menurut Conny, ciri utama ketiga sub kelompok ini adalah masalah sosial dan emosional yang sifat antara satu dan lainya tidak saling berkaitan. Bahkan ditemukan, bahwa dua sampai sepuluh persen anak berbakat cenderung memiliki kesulitan belajar. "Diperlukan suatu instrumen khusus bagi kelompok ini, sebab sering sekali keberbakatannya tertutupi oleh kesulitan belajarnya," ujar Conny. Conny menambahkan, minimnya sumber pengetahuan orang tua atau pendidik akan hal ini menjadikan mereka sangat kurang pengalaman untuk mengenali adanya perbedaan antara keberbakatan dan ketidakmampuannya. Diperlukan suatu instrumen khusus bagi kelompok anak atau siswa yang keberbakatannya tertutupi oleh kesulitan belajarnya. Menurut Conny R Setiawan, dalam bukunya 'Kreatifitas Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana?', minimnya sumber pengetahuan orang tua atau pendidik akan hal tersebut menjadikan orang tua dan pendidik sangat kurang pengalaman untuk mengenali adanya perbedaan antara keberbakatan dan ketidakmampuan anak/siswa didiknya. Beberapa ciri yang juga merupakan potensi misdiagnoses tersebut antara lain: KEKUATAN Cepat memperoleh dan menangkap informasi Senang pada kegiatan intelektual, konsep,dan mampu mensintesakan konsep abstrak Mencoba untuk berorganisasi Krisis terhadap diri sendiri dan krisis juga terhadap evaluasi KEMUNGKINAN MASALAH Tampak bosan dan tidak sabar terhadap kelambanan Mempertanyakan prosuder guru mengajar dan menunjukkan detail Kadang - kadang tampak kasar dan berkuasa Tidak toleran terhadap orang lain dan cepat mengalami depresi Anak atau siswa yang bakatnya tertutupi oleh kesulitan belajar ternyata banyak dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya, pola asuh dalam keluarga, kondisi sosial ekonomi, dan harapan orangtua akan masa depan si anak. Tak mudah memang, tetapi ada solusi yang sepatutnya bisa dilakukan. Beberapa solusi ada setelah orangtua dan pendidik memahami adanya perbedaan antara bakat dan ketidakmampuan anak/siswa didiknya, serta mengenali ciri-ciri potensi diagnosis yang salah tersebut. Hal itu merupakan langkah-langkah sederhana sebagai stimulasi menghadapi anak-anak dengan kemampuan otak berbakat (gifted brain), tetapi sekaligus juga menunjukkan ketidakmampuannya (disability). "Sesuatu yang ada di dalam diri seorang anak, itulah yang perlu dikeluarkan, yang semestinya diekspresikan," kata Socrates. Namun kiranya, ucapan filsuf Yunani tersebut perlu dijadikan pegangan sebelum memulai langkah-langkah yang perlu diambil di sini. Ada lima langkah yang justru akan berpulang pada kondisi si anak itu sendiri. Memang, stimulasi yang diperlukan adalah langkah-langkah yang cenderung tidak bersifat memaksakan kehendak. Hal ini seperti pernah disebutkan oleh psikolog Dr Rose Mini AP, M Psi dalam makalahnya tentang "Keberhasilan Pendidikan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya", beberapa stimulasi tersebut antara lain: - Jangan pernah membandingkan antara satu anak dengan yang lainnya. Camkan bahwa setiap anak berbeda, baik dari segi kecepatan belajar, gaya belajar, maupun pencapaian hasil atau lain-lain yang berhubungan dengan proses anak menyerap ilmu atau pelajaran yang diberikan. - Rangsang, bukan "ajarkan", anak untuk mengembangkan berbagai aspek kemampuan, terutama kreativitasnya. Persepsikan bahwa sekecil apa pun kreativitasnya adalah hal yang sangat positif, baik buat dirinya maupun lingkungan di sekitarnya. - Tularkan tentang pemahaman-pemahaman moral dan indahnya bersosialisasi di luar lingkup sehari-hari si anak. Ingat, Anda hanya "menularkan", bukan mengajarinya bersosialisasi, saling menghargai, atau menghormati sesama individu. Alhasil, aksi nyata berupa contoh-contoh sikap dan perilaku sangat diperlukan, dan itu semua harus dimulai dari diri Anda sebagai orangtua atau pendidik. - Fokuskan pada proses dan penugasan ketimbang perolehan hasil. Perlu diingat, bahwa hasil yang optimal akan dicapai oleh si anak saat mereka menguasai kemampuan yang memang dibutuhkannya. - Kenali berbagai kebutuhan mereka tersebut lewat aktivitas, hobi, atau kegemarannya. Dari sinilah orangtua atau pendidik mudah mengenali potensi yang dimiliki guna melihat perkembangan yang lebih optimal
Wednesday, December 30, 2009
Anak Berbakat yang Sulit Belajar, Kenali Ciri-cirinya!
Posted by sumayya at 10:24 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment